Sabtu, 20 Maret 2010

Metode kausal komparatif

Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

A. Tujuan
Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

B. Kelebihan

* Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.
* Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.


C. Kelemahan

1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
2. Faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, yang menyebabkan masalah menjadi sangat kompleks.
3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda.
4. Karena variabel bebas telah terjadi , maka kontrol variabel tidak dapat dilakukan.
5. Tidak terlalu berorientasi terhadap hubungan sebab akibat.
6. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi seringkali penelitian yang demikian tidak menghasilkan penemuan yang berguna.


D. Langkah-langkah
Penelitian kausal komparatif juga di awali dengan

1. Permasalahan penelitian.
2. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
3. Melakukan kajian pustaka
4. Mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat
5. Menentukan metode penelitian dengan teknik statistik yang relevan.


contoh hasil metode kausal komparatif :

SKEMA PEMBIAYAAN PERBANKAN DAERAH MENURUT KARAKTERISTIK
UMKM PADA SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN


Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selalu menarik untuk dikaji dengan berbagai
alasan. Meskipun aspek pembiayaan disadari bukanlah satu-satunya masalah, namun
dukungan penyaluran kredit demi pengembangan UMKM ini masih merupakan aspek yang
sangat krusial sifatnya. Permasalahan lainnya adalah belum terdapat hasil kajian yang
memuaskan tentang pemetaan dan skema pembiayaan perbankan daerah menurut karakteristik
UMKM pada tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Studi ini adalah tentang pola alokasi kredit perbankan daerah untuk UMKM. Karenanya,
tujuan utama penelitian ini adalah untuk:

1) mengidentifikasi program pembiayaan UMKM
untuk bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga
yang dilakukan oleh perbankan daerah; 2) mengidentifikasi kendala skema penyaluran kredit
UMKM dari sisi perbankan dan dari sisi pengusaha UMKM; 3) menyusun dan
mendeskripsikan peta penyaluran kredit perbankan daerah bagi UMKM menurut tipologi
UMKM dan kategori kelompok bank serta memformulasikan batasan atau indikator optimal
penyaluran kredit UMKM; dan 4) mengidentifikasi dan mendeskripsikan peta tipologi
UMKM menurut sektor industri atau komoditas di daerah kabupaten/kota Sulsel.
Penelitian di wilayah propinsi Sulsel ini dilaksanakan dengan memilih 6 kabupaten/kota
sampel yaitu Makassar, Gowa, Bulukumba, Bone, Enrekang dan Pare-Pare. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui dua tipe
sampel yaitu: a) sampel perbankan dan instansi terkait (39 informan) melalui indepth
interview; dan b) sampel pengusaha (344 responden) melalui survey dengan wawancara
terstruktur. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kausal-komparatif untuk
menentukan faktor kendala penyaluran skema kredit UMKM dari sisi perbankan dan sisi
pengusaha UMKM.

Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa masih diperlukan suatu skema kredit khusus
yang memungkinkan para pengusaha UMKM untuk mengakses dana perbankan daerah secara
optimal. Tingkat kemacetan kredit bagi UMKM di Sul-Sel adalah rendah (2-3%), sehingga
pengusaha UMKM layak mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh kredit dari pihak
perbankan daerah. Salah satu penyebab kurang optimalnya penyaluran kredit perbankan
daerah bagi UMKM adalah terbatasnya kewenangan perbankan daerah untuk mendesain skim
yang sesuai kondisi kebutuhan UMKM di daerah. Skim pembiayaan perbankan daerah dengan
melibatkan PEMDA atau lembaga terkait lainnya tampak meletakkan UMKM hanya sebagai
objek belum sebagai subjek pengembangan. Skim pembiayaan yang diterapkan selama ini
oleh perbankan tidak pula mendorong munculnya inovasi skim pembiayaan bagi UMKM,
sehingga persaingan antar bank terletak pada kapasitas pelayanan yang ditentukan oleh luas
jaringan yang dimiliki perbankan. Kedepan, perbankan daerah di Sulsel selayaknya
menyalurkan kredit dengan skim berbeda untuk masing-masing usaha mikro, kecil dan
menengah terutama bagi sektor ekonomi unggulan Sulsel seperti ketiga bidang usaha:
agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga.

referensi :

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/20C045F4-7CE5-4B7E-BDAB-1A49523140DA/946/SkemaPembiayaanPerbankanDaerahMenurutKarakteristik.pdf

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/1-penelitian/159-penelitian-kausal-komparatif.pdf